Minggu, 20 Desember 2015

KF (KEAKSARAAN FUNGSIONAL) CENDEKIA



CENDEKIA MENGHADIRI ACARA GERAKAN JEMBER MEMBACA UNTUK INDONESIA MEMBACA YANG DIHADIRI OLEH  MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI ANIS BASWEDAN

Mendikbud  Bpk. Anies Baswedan mengatakan data per-2014 menyebutkan angka buta aksara di Indonesia ada 3,4 persen. Mereka tersebar di 25 kabupaten yang tersebar di enam provinsi. Persentasenya terlihat kecil 3,4 persen. Tapi jumlah jiwanya mencapai 5,98 juta, kata Anies.
Dia menyebutkan angka buta aksara terbesar ada di Provinsi Jawa Timur. Di provinsi yang dipimpin Gubernur Soekarwo itu, ada sekitar 6 persen atau 1,4 juta masyarakat buta aksara. Dan mohon maaf, terbesar di Jatim itu ada di Kabupaten Jember, ungkap Bpk. Anies. Dia membeberkan data 2014, sebanyak 167 ribu warga Jember buta aksara.
Pemkab Jember, menyandang predikat angka buta aksara tertinggi di Indonesia. Oleh karena itu Bpk. Anies meluncurkan Program untuk Kabupaten Jember yaitu Gerakan Jember Membaca untuk Gerakan Indonesia Membaca. Tujuannya supaya semua pihak tergerak mengentaskan masyarakat buta aksara. Khususnya lagi untuk mengingatkan jajaran Pemkab Jember, bahwa mereka menyandang predikat angka buta aksara tertinggi di Indonesia. 

Untuk itu Bpk.Anies berharap, melalui program Jember Membaca ini semua elemen masyarakat bisa bahu-membahu mengentaskan buta aksara. Mulai dari tenaga pendidikan formal sampai nonformal. Seperti Lembaga Pendidikan Formal Non Formal Cendekia Kecamatan Kencong, yang ikut serta turun membantu mengajari baca, tulis dan berhitung kepada mereka-mereka yang masih buta aksara untuk wilayah kecamatan Kencong Desa Wonorejo dan Gemuk Banji. 

Lembaga Pendidikan Formal nonformal Cendekia Kecamatan Kencong pada tahun 2015 ini menangani Pendidikan Keaksaraan Fungsional Dasar wilayah Gemuk Banji Kencong Jember dan Desa Wonorejo. Untuk wilayah Gemuk Banji Pembelajaran dibuka mulai tanggal 23 Juli 2015 di SDN Wonorejo 05, dengan acara serah terima materi Pembelajaran berupa buku Cetak, Alat tulis (Buku, Pensil, Bolpoint, Penghapus,dan  penggaris) serta Map oleh Bpk Penilik Keaksaraan Kecamatan Kencong yaitu Bpk. Suyitno. Kegiatan ini diikuti oleh 18 Kelompok (180 Warga Belajar). Mereka sangat senang dan antusias sekali dengan adanya kegiatan ini. Kegiatan ini dilaksanakan 4 hari dalam 1 minggu pada pukul 06.30 WIB. 

Sebagaimana yang dilaksanakan di wilayah Gemuk banji, untuk wilayan Desa Wonorejo, pembelajaran dimulai pada tanggal 27 Juli 2015 di PAUD CENDEKIA dengan acara yang sama yaitu acara serah terima materi Pembelajaran berupa buku Cetak, Alat tulis (Buku, Pensil, Bolpoint, Penghapus,dan  penggaris) serta Map oleh Bpk Penilik Keaksaraan Kecamatan Kencong yaitu Bpk. Suyitno. Kegiatan ini diikuti oleh 12 Kelompok (120 Warga Belajar). Mereka sangat senang dan antusias sekali dengan adanya kegiatan ini. Kegiatan ini dilaksanakan 4 hari dalam 1 minggu pada pukul 06.30 WIB.

Bersambung............

Senin, 13 April 2015

HEALTH (KESEHATAN )

Anak yang Stres Lebih Berisiko Terkena Diabetes Tipe 1




Sebuah penelitian terbaru mengungkapkan bahwa anak-anak yang mengalami stres tiga kali lebih berisiko terkena diabetes tipe 1. Stres pada anak-anak bisa terjadi ketika orangtua mereka bercerai, orangtua sering bertengkar, tekanan dari orangtua, maupun kehilangan salah satu anggota keluarga.Para ilmuwan dari Swedia membuktikannya dengan menganalisis 10.000 keluarga yang memiliki anak-anak berusia 2-14 tahun. Peneliti mengamati apakah terdapat konflik keluarga, kehilangan keluarga, hingga masalah sosial.
Sebanyak 58 anak pun didiagnosis diabetes tipe 1. Menurut peneliti, banyak di antara mereka yang terpengaruh peristiwa di masa lalu yang kurang baik.
Sementara itu, penelitian dari Linkoping University menyatakan bahwa penyebab diabetes tipe 1 biasanya dimulai dari sistem kekebalan tubuh  yang membunuh sel-sel beta di pankreas. Akibatnya, pankreas tidak bisa memproduksi insulin, yaitu hormon untuk mengatur gula darah menjadi energi.

Mereka menduga bahwa peristiwa buruk di masa kecil dapat mempengaruhi sel-sel beta tersebut. Hormon stres yang meningkat kemudian akan membuat tubuh semakin resistensi insulin. Faktor lainnya yaitu, infeksi virus, pola makan, berat badan lahir dan berat badan awal.

Studi ini pun menyimpulkan bahwa peristiwa buruk selama 14 tahun pertama kehidupan seseorang dapat menjadi faktor risiko. Namun, perlu penelitian lebih lanjut untuk menentukan kapan kondisi stres dapat memengaruhi autoimun.
Di sisi lain, faktor genetik tetap menjadi faktor utama yang membuat anak-anak 12 kali lipat lebih berisiko diabetes tipe 1. Bagi yang tidak berisiko diabetes tipe 1, jagalah pola makan agar tidak terkena diabetes tipe 2.


H:\DCIM\100MEDIA\IMG_2605.JPG H:\DCIM\100MEDIA\IMG_2606.JPG
H:\DCIM\100MEDIA\IMG_2621.JPGH:\DCIM\100MEDIA\IMG_2607.JPG

H:\DCIM\100MEDIA\IMG_2623.JPG
  H:\DCIM\100MEDIA\IMG_2624.JPG




Minggu, 12 April 2015

APE (ALAT PERMAINAN EDUKATIF) PAUD CENDEKIA


ALAT PERMAINAN EDUKATIF


Alat Permainan edukatif (APE) adalah alat permainan yang sengaja dirancang secara khusus untuk kepentingan pendidikan. Media Pembelajaran APE untuk anak Pada umumnya pengembangan APE berakar pada jenis permainan yang telah dikembangkan lebih dahulu oleh para pakar dari negara maju. Beberapa jenis APE merupakan hasil kreasi guru dan wali murid sediri yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi lingkungan setempat. Berikut beberapa Jenis APE yang dirancang berdasarkan konsep Pendidikan anak usia dini:


A. APE CIPTAAN MONTESSORI
Beberapa lembaga Luar dan dalam negeri telah banyak menggunakan dan mengembangkan APE berdasarkan ciptaan Dr. Maria Montessori ini. Dr. Maria Montessori menciptakan alat permaina edukatif yang memudahkan anak mengingat konsep-konsep yang akan dipelajari tanpa perlu bimbingan sehingga memungkinkan anak bekerja secara mandiri. APE ciptaannya teah dirancang sedemikian rupa sehingga anak mudah memeriksa sendiri bila salah dan segera menyadarinya.

APE Montessori yang dikembangkan
Jenis APE yang telah dikembangkan di Indonesia berkar dari konsep Montessori. Di antaranya adalah papan bentuk bidang I dan papan bentuk bidan II serta kantong keterampilan tangan untuk melatih kemadirian.

B. APE UNTUK KEMAMPUAN BERBAHASA PEABODY

Alat Permainan edukatif APE yang dikembangkan Elizabeth Peabody yang terdiri atas dua boneka tangan yang berfungsi sebagai tokoh mediator, yaitu tokoh P. Mooney dan Joey. Boneka dilengkapi papan magnet, gambar-gambar, piringan hitam berisi lagu, dan tema cerita serta kantong pintar sebagai pelengkap.

APE karya Peabody ini memberikan program pengetahuan dasar yang mengacu pada aspek pengembangan bahasa, yaitu kosakata yang dekat dengan anak. Tema-tema yang dipilih dan diramu harus relevan dengan pengetahuan dan budaya anak setempat
.

Dewasa ini konsep APE yang dikembangkan Elizabeth Peabody ini, merupakan cikal bakal tumbuhnya pengembang boneka tangan dan boneka jari dalam pembelajaran yang banyak dilakukan dilembaga-lembaga PAUD di Indonesia. 

C. BALOK CRUISSENIRE

George Cruissenaire menciptakan balok Cruissenaire untuk mengembangkan kemampuan berhitung pada anak, pengenalan bilangan, dan untuk meningkatkan keterampilan anak dalam bernalar.


D. APE CIPTAAN FROEBEL

Froebel memiliki alat khusus yang dikenal dengan balok Blocdoss. APE ini berupa balok bangunan, yaitu suatu kotak besar berukuran 20 x 20 cm yang terdiri dxari balok-balok kecil berbagai ukuran yang merupakan kelipatannya.

Balok Blocdoss dikenal dengan istilah kotak kubus dalam program pendidikan TK di Indonesia. Kotak kubus ini banyak digunakan sebagai salah salah jenis APE untuk melatih motorik dn daya nalar anak.


E. BONEKA JARI

Boneka jari ini terbuat dari kain yang tidak mudah robek dan lembut sifatnya, diantaranya dari kain planel, kain woll atau kain perca. Untuk membuat boneka jari ini, kain dibentuk sesuai dengan figur cerita. Satu narasi bisa dapat memerlukan hingga 10 boneka. Banyak bentuk dan jenis boneka jari sesuai dengan tema yang ingin dimainkan, ada seri tertentu seperti seri binatang, keluarga, kartun dan lain sebagainya.


F. PUZZLE BESAR

Legpuzzel atau teka-teki ini untuk dimainkan anak usia 5 tahun. Permainan ini dari triplek yang terdiri dari dua bagian dengan ukuran yang sama. Satu bagian dibuat lukisan sederhana.

Tujuan permainan ini adalah agar anak mengenal bentuk, melatih daya pengamatan dan daya konsentrasi anak, serta melatih keterampilan jari-jari anak.

G.KOTAK ALFABET

Kotak ini berisi huruf-huruf alfabet yang dibuat di atas potongan karton dupleks berukuran 5 x 5 cm. Permaian ini dibuat untu anak yang berumur 5 tahun yang sedang belajar membaca.

H.KARTU LAMBANG BILANGAN

Kartu ini berisikan tulisan angka dari 1 sampai dedngan 50, 1 sampai dengan 100, dan sebagainya. Kartu ini dibuat dari bahan kertas dupleks berukuran 5 x 5 cm. tujuan permainan ini adalah agar anak mengenal lambang bilangan, dan belajar menghitung.


I.KARTU PASANGAN

Kartu ini dimainkan anank usia 4 – 6 tahun. Permainan ini terbuat dari bahahn kertas dupleks berukuran 10 – 8 cm. setiap kartu diberi gabar secara berpasangan.


J.PUZZLE JAM

Pezzle ini terbuat dari tripleks ukuran 30 x 20 cm, sesuai untuk anank usia 5 – 6 tahun. Papan terbuat dari bahan yang sama, diberi gambar sebuah jam lengkap dengan jarum penunjuk.


K. LOTO WARNA

Permainan ini untuk anak usia 3 – 4 tahun dibuat dari triplek atau dupleks yang bentuk sedemikian rupa dapat dimainkan secara perorangan atau bersama-sama kelompoknya.


L. LOTO WARNA DAN BENTUK

Permainan ini dapat dimainkan secara perorangan atau kelompok oleh anak usia 4 tahun ke atas. Dibuat dari triplek atau dupleks, dan permainan ini terdiri dari papan loto berukuran 17,5 x 17,5 cm dan 9 kartu loto. Papan loto dibuat 9 bagian. Masing-masing bagian ditempeli dengan bentuk dan warna yang berbeda-beda. Tujuan permainan ini adalah untuk mengembangkandan konsentrasi dan pengamatan anak. Cara bermainnya adalah dengan cara mencampuradukan kartu loto. Kemudian mintalah anak untuk menyusun kartu loto di atas papan loto yang sesuai dengan warna dan bentuk pada setiap bagian.

M. APE ALTERNATIF TRADISIONAL
APE yang dibuat dengan memanfaatkan sumber bahan dari lingkungan dan alam sekitar, dengan pengembangan permainan tradisional secara langsung disesuaikan untuk kebutuhan main anak. Ape ini dapat divariasikan dalam kegiatan bermain seperti main peran dan sentra alam.


 

 
Demikian jenis-jenis alat permainan edukatif- Ape yang dapat dikembangkan dilembaga PAUD dan program pendidikan anak usia dini. Semoga bermanfaat. Terimakasih.

 

 

 


Selasa, 03 Maret 2015

STORYTELLING



Definisi Narrative

Pengertian dan definisi narrative text menurut para ahli adalah “cerita”. Menurut units.muohio.edu, Pengertian narrative adalah:
A narrative is some kind of retelling, often in words (though it is possible to mime a story), of something that happened (a story). The narrative is not the story itself but rather the telling of the story — which is why it is so often used in phrases such as “written narrative,” “oral narrative,” etc. While a story just is a sequence of events, a narrative recounts those events.
Pengertian dan generic structure teks narrative
Pengertian dan Generic Structure Narrative
Sebuah text narrative adalah bertugas untuk menceritakan “RETELL”, penceritaan ini sering dalam bentuk kata kata mekipun sangat mungkin penceritaan itu dilakukan denga cara menirukan sebuah cerita. Penceritaannya adalah tentang sesuatu yang telah terjadi atau sebuah cerita. Narrative itu bukanlah cerita itu sendiri tetapi penceritaan terhadap cerita tersebut. Sementara Cerita adalah terjadinya beberapa peristiwa yang berurutan, lalu narrative la yang bertugas menceritakan peristiwa-peristiwa tersebut.

Generic Structure Narrative text

Bagaimana sebuah text dibedakan dengan text lainya? Cara paling mudah membedakan macam atau jenis text bahasa Inggris ini adalah dengan melihat susunan atau structure pesan dalam bentuk paragrap dalam text text tersbut. Susunan pesan penyampaian inilah yang kita kenal dengan generic structure. Maka generic structure tiap text pasti berbeda.
Adapaun genric structure narrative text adalah:
1. Orientation: Biasanya terletak di paragrap pertama. Secara teori, Orientation berisi pesan tentang informasi What, Who, Where, dan When. Pada paragrap Orintation, text narrative akan memberitahukan pembaca tentang apa  peristiwanya siapa pelaku-pelakunya, dimana dan kapan peristiwa tersebut terjadi.

2. Complication: Paragrap complication menjadi inti sebuah text naarative. Complication ini menceritakn apa yang tejadi dengan pelaku dalam peristiwa tersebut. Umumnya Complcation ini berisi gesekan antar pelaku peristiwa. Gesekan ini menimbulkan sebuah Conflict atau pertentangan. Dalam teori literay, Comflict umumnya dibedakan menjadi 3 macam; natural conflict, social conflict, dan psychological conflict

3. Resolution. Sebuah pertentangan harus ditutup dengan penyelesaian. Dalam sebuah text narrative, resolution bisa dengan penyelesaian yuang menyenangkan juga kadang berakhir dengan penyelesaian yang menyedihkan.
Conflict atau pertentangan harus ada pada setiap contoh cerita narrative. Jika ceirta text narrative itu panjang, biasanya ada lebih dari 1 conflict. Dari sini kita mengenal Major Conflict dan Minor Conflict.

Contoh-contoh text Narrative beserta Generic Structure

Ada banyak contoh text narrative. Setiap cerita yang mengandung 3 unsur generic structure tersebut, biasanya dinamakan sebuah text narrative. Contoh-contoh text narrative tersebut adalah:

Narrative text in fables cerita binatang

Narrative text in stories of man vs animal, pertentangan antara manusia dengan binatang

Narrative text in love stories

Narrative text in the legends

Narrative text tentang cerita rakyat lainnya

Itulah ringkasan NARRATIVE TEXT dengan pejelasan difinisi, generic structure, dan contoh dalam bahasa Inggris. Semoga bisa membantu yang sedang  belajar jenis text bahsa Inggris.

A. STORYTELLING

 

Why Storytelling?



Educators have long known that the arts can contribute to student academic success and emotional well being. The ancient art of storytelling is especially well-suited for student exploration. As a folk art, storytelling is accessible to all ages and abilities. No special equipment beyond the imagination and the power of listening and speaking is needed to create artistic images. As a learning tool, storytelling can encourage students to explore their unique expressiveness and can heighten a student's ability to communicate thoughts and feelings in an articulate, lucid manner. These benefits transcend the art experience to support daily life skills. In our fast-paced, media-driven world, storytelling can be a nurturing way to remind children that their spoken words are powerful, that listening is important, and that clear communication between people is an art.

Gaining Verbal Skills
Becoming verbally proficient can contribute to a student's ability to resolve interpersonal conflict nonviolently. Negotiation, discussion, and tact are peacemaking skills. Being able to lucidly express one's thoughts and feelings is important for a child's safety. Clear communication is the first step to being able to ask for help when it is needed.

Imagination
Both telling a story and listening to a well-told tale encourages students to use their imaginations. Developing the imagination can empower students to consider new and inventive ideas. Developing the imagination can contribute to self-confidence and personal motivation as students envision themselves competent and able to accomplish their hopes and dreams.

Passing On Wisdom
Storytelling based on traditional folktales is a gentle way to guide young people toward constructive personal values by presenting imaginative situations in which the outcome of both wise and unwise actions and decisions can be seen.


H:\DCIM\100MEDIA\IMG_2790.JPG H:\DCIM\100MEDIA\IMG_2791.JPG H:\DCIM\100MEDIA\IMG_2792.JPG
H:\DCIM\100MEDIA\IMG_2794.JPG H:\DCIM\100MEDIA\IMG_2795.JPG H:\DCIM\100MEDIA\IMG_2797.JPG
H:\DCIM\100MEDIA\IMG_2798.JPG H:\DCIM\100MEDIA\IMG_2799.JPG H:\DCIM\100MEDIA\IMG_2802.JPG

H:\DCIM\100MEDIA\IMG_2803.JPG



METODE PENGEMBANGAN KOGNITIF PAUD CENDEKIA


Indikator PAUD Kelompok Umur 3 – 4 tahun

Dibawah ini adalah contoh Pengembangan Kognitif yang dapat digunakan untuk anak usia 3 sampai 4 tahun.


ASPEK
PENGEMBANGAN
STANDAR
PENGEMBANGAN
PENGEMBANGAN
DASAR
INDIKATOR
  
H:\DCIM\100MEDIA\IMG_2774.JPG
I.      Anak mampu mengenal konsep  sederhana dan dapat mengklasifikasi
a.     Dapat mengenal klasifikasi sederhana
1.     Mengelompokkan benda berdasarkan ciri tertentu (Contoh: menurut bentuk, warna, ukuran, jenis, dll.)
2.     Menunjukkan benda-benda yang memiliki ciri tertentu (misal: kasar-halus)
3.     Membedakan rasa, bau, suara
H:\DCIM\100MEDIA\IMG_2781.JPGH:\DCIM\100MEDIA\IMG_2771.JPGH:\DCIM\100MEDIA\IMG_2779.JPG

b.     Mulai menunjukkan pemahaman tentang konsep bilangan
1.     Membilang 1-10 (tanpa benda yang dibilang/membilang hapalan)
2.     Membilang dengan benda(dengan menunjukkan benda yang dibilang)
3.     Mengenal konsep 1- 3
4.     Menyebutkan empat benda tanpa membilang
5.     Menyebutkan banyak anggota keluarga
6.     Membedakan banyak benda (Contoh: sedikit-banyak)
7.     Menyebutkan konsep bilangan yang menunjukkan urutan (Contoh: Saya yang kedua)


c.     Mulai menunjukkan pemahaman tentang geometri
1.     Menunjukkan bentuk geometri (lingkaran, segiempat, segitiga)
2.     Membedakan benda berdasarkan bentuk geometri


d.     Dapat mengenal konsep ruang dan posisi
1.     Membedakan posisi suatu benda (atas-bawah,luar-dalam, jauh-dekat, depan-belakang)
2.     Mengikuti perintah tentang posisi (Contoh: Duduk di belakang- didepan)
3.     Menempatkan benda sesuai posisi dalam kehidupan sehari-hari (Contoh: Menempatkan tempat tidur ketika bermain rumah-rumahan sama seperti yang ada di rumah)


e.     Dapat mengenal konsep ukuran
1.     Membedakan ukuran sederhana (besar-kecil, panjang-pendek, tinggi-rendah)
2.     Membedakan benda yang berat dan ringan
3.     Dapat menyebutkan isi wadah


f.      Dapat mengenal konsep waktu
1.     Mengenal waktu pagi, siang, dan malam
2.     Mengenal konsep sebentar-lama


g.     Dapat memecahkan  masalah sederhana
1.     Menyusun puzzel 5 keping
2.     Mencari jejak/maze sederhana


h.     Dapat mengenal pola sederhana
1.     Mengurutkan pola sederhana berdasarkan warna, bentuk, ukuran
2.     Meronce manik-manik dalam pola berdasarkan ukuran, warna, dan bentuk